SEMARANG, mascipol.tv – Menghadapi musim penghujan yang mulai tiba, Pemerintah Kota Semarang bersama para relawan menggelar Apel Gladi Lapang di Halaman Balai Kota Semarang, Kamis (11/9/2025).
Apel tersebut digelar bersamaan dengan pengukuhan Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Kota Semarang Periode 2025-2028.
Berbagai komunitas relawan dan instansi mengikuti apel, di antara yaitu jajaran OPD terkait, TNI, Polri, SAR, dan Ubaloka Pramuka.
Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng Pramestuti yang bertindak sebagai pembina apel, mengingatkan terhadap pentingnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.
Sehingga bila sesuatu terjadi ancaman dan keserahan pada masyarakat akan segera dapat diselesaikan dengan tentram.
Sebab menurut dia, Kota Semarang dengan keunikan geografis yang beragam.
Pesisir dan dataran rendah di wilayah utara, serta perbukitan di sisi selatan, menjadi tantangan yang besar.
Kondisi tersebut, memiliki potensi bencana hidrometeorologi yang tinggi.
Seperti, setiap musim hujan akan terjadi banjir, rob, tanah longsor, cuaca ekstrem.
Sementara di kawasan pesisir, penurunan tanah menjadi ancaman setiap tahunnya.
“Hujan adalah berkah, namun dalam catatan kita, Jawa Tengah ada 91 kejadian bencana. Banjir, longsor, dan cuaca ekstrem yang menyebabkan korban jiwa dan infastruktur,” katanya.
Menurut dia, sepanjang Januari 2025 di Kota Semarang terjadi 85 bencana alam.
Di antaranya yaitu 10 kawasan banjir, 2 rumah amblas, 41 talut longsor, 11 puting beliung, 5 pohon tumbang, 12 rumah roboh, dan 4 titik kebakaran.
Dampak dari kejadian tersebut, ada 166 warga terdamapk dengan kerugian yang dialami mencapai Rp 1,8 miliar.
Maka dari itu, ia menegaskan, Apel Gladi Lapang yang digelar tersebut bukan sekadar seremoni.
Tetapi sebagai wujud komitmen untuk menguji kesiapan, personel, sarana prasarana, dan koordinasi lintas sektor
Dalam kesempatan itu, Agustina juga meminta kepada FPRB untuk bisa menjadi mitra pemerintah dalam mitigasi bencana.
Sebab, menurutnya, FPRB adalah motor penggerak partisipasi publik dalam mitigasi benacna.
“Saya berharap FPRB bersama pemerintah, dunia usaha, akademisi, media, masyarakat, dan lainnya dapat memperkuat program kelurahan tangguh bencana atau Katana), satuan pendidikan aman bencana atau SPAB, serta inovasi digital yang sekarang sedang dipersiapkan untuk persiapan dini dan respon cepat,” katanya.
Ia menambhakan, Pemkot Semarang pada tahun 2026 akan menyiapkan program baru dan anggaran cukup untuk menangani berbagai reaksi.
Baik itu reaksi tentang bencana alam maupun proses mitigasi bencana yang akan melibatkan masyarakat di setiap titik rawan bencana.